Sunday 25 September 2011

Guru Oh Guru 
Berburu ke padang datar 
Dapat rusa belang kaki 
Berguru kepalang ajar 
Ibarat bunga kembang tak jadi.. 

Dialah pemberi paling setia 
Tiap akar ilmu miliknya 
Pelita dan lampu segala 
Untuk manusia sebelum menjadi dewasa 

Dialah Ibu dialah bapa juga sahabat 
Alur kesetiaan mengalirkan nasihat 
Pemimpin yang ditauliahkan menjadi hikmat 

Jika hari ini seorang Perdana Menteri berkuasa 
Jika hari ini seorang Raja menaiki takhta 
Jika hari ini seorang Presiden sebuah negara 
Jika hari ini seorang Ulamak yang mulia 
Jika hari ini seorang peguam menang bicara 
Jika hari ini seorang penulis terkemuka 
Jika hari ini siapa saja menjadi dewasa 
Sejarahnya dimulakan oleh guru biasa 
Dengan lembut sabarnya mengajar tulis-baca 

Di mana-mana dia berdiri di muka muridnya 
Di sebuah sekolah mewah di ibukota 
Di bangunan tua sekolah hulu Terengganu 
Dia adalah guru mewakili seribu buku 
Semakin terpencil duduknya di ceruk desa 
Semakin bererti tugasnya kepada negara 

Jadilah apapun pada akhir kehidupanmu, guruku 
Budi yang diapungkan di dulang ilmu 
Panggilan keramat ‘cikgu’ kekal terpahat 
Menjadi kenangan ke akhir hayat. 

-Petikan puisi Allahyarham Dato' Dr. Usman Awang (1979)- Sasterawan Negara 

Thursday 1 September 2011

SENJA DI PELABUHAN KECIL
buat: Sri Ajati

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

1946

copy from:
DOA

kepada pemeluk teguh

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu

Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

aku hilang bentuk
remuk

Tuhanku

aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling

13 November 1943

copy from:
AKU

Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Maret 1943





copy from:

Ketika permasalahan hidup membelit dan kebingungan serta kerisauan mendera rasa hati. Ketika gelisah jiwa menghempas-hempas. Ketika semua pintu penyelesaian terlihat buntu. Dan kepala serasa hendak meledak: tak mengerti apalagi yang mesti dilakukan. Tak tahu lagi jalan mana yang harus ditempuh. Hingga dunia terasa begitu sempit dan menyesakkan.
Ketika kepedihan menyiat-nyiat hati. Ketika kabut kesedihan menelusup ke dalam sanubari. Atas musibah-musibah yang beruntun mendera diri. Apalagi yang dapat dilakukan untuk meringankan beban perasaan? Apalagi yang dapat dikerjakan untuk melepas kekecewaan?
Ketika kesalahan tak sengaja dilakukan. Ketika beban dosa terasa menghimpit badan. Ketika rasa bersalah mengalir ke seluruh pembuluh darah. Ketika penyesalan menenggelamkan diri dalam air mata kesedihan. Apa yang dapat dilakukan untuk meringankan beban jiwa ini?
Allah berfirman, “Barangsiapa bertakwa kepada-Nya, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.”
Rasulullah bersabda, “Ikutilah kesalahan dengan amal baik, niscaya ia akan menghapus dosa-dosamu.”
Ibnul Jauzi pernah berkata, “aku pernah dihimpit permasalahan yang membuatku gelisah dan risau berlarut-larutan. Kufikirkan dan kucari penyelesaian dengan segala cara dan usaha. Tapi aku tidak menemukan satu jalan pun untuk keluar darinya, hingga kutemukan ayat itu. Maka kusedari, bahawa satu-satunya jalan keluar dari segala kerisauan adalah ketakwaan. Dan ketika jalan ketakwaan itu kutempuh, tiba-tiba Allah sudah lebih dulu menurunkan penyelesaian. Maha suci Allah”.
Sungguh kita semua pasti pernah merasakan kecelaruan di hati. Seolah semua jalan keluar sudah tertutup rapat. Maka saat itulah kita baru menyadari betapa lemahnya kita dan betapa besarnya kekuasaan Allah SWT.
Menyedari kelemahan bukan bererti pasrah sebelum ikhtiar. Bukan pula pembenaran atas segala kesalahan dan maksiat.  Namun sebagai bentuk bersandarnya hati pada Dzat yang Maha Besar yaitu Allah SWT, manakala semua langkah ikhtiar untuk keluar dari permasalahan sudah dicuba.
Saudaraku…. Tapakilah jalan takwa, niscaya akan datang pertolongan Allah. Dan segala kegelisahan pun akan segera sirna. Wallahu a’lam.